Assalamu'alaikum saudara sekalian! Sehat?
Lama gak jumpa ya? Iya, aku juga agak menyesal lama menghilang. Tapi tenang, aku menghilang untuk perbaikan. Perbaikan gizi? haha, iya itu salah satunya. Baiklah... yuk mulai.
*
Matahari di
langit perbatasan Ibu kota ini masih sama seperti hari-hari kemarin. Biasanya pagi
sampai saing hari suhu terasa lebih hangat dan panas, tetapi sore hari kadang terasa
lebih dingin karena rahmat Tuhan turun membasahi tanah yang mengering, dedaunan
yang mulai rontok dan emosi manusia yang kian memuncak.
Jika
sejarah dalam cerita rakyat benar adanya,
maka Lombok patut berbangga dahulu pernah
memiliki seorang Puteri cantik yang tidak hanya memiliki tutur kata yang
berkelas, cerdas dan bijaksana. Tetapi juga telah rela mengorbankan jiwanya
dengan menceburkan diri di sekitar pantai Seger Kuta Lombok, agar raganya dapat
menebar manfaat bagi rakyatnya sampai masa yang lama, Puteri Mandalika. Warisan
yang ditinggalkannya, Pesta Bau Nyale
(Bau: menangkap, Nyale; cacing kecil yang hidup di bebatuan laut dangkal) setiap
sekali dalam setahun antara Februari-Maret masih menjadi agenda sakral yang
dipercaya sebagai jelmaan sang puteri. Hewan kecil berwujud cacing tersebut
tidak hanya membawa pesan bagi masyarakat Lombok, tetapi juga lezat dan
berprotein tinggi.
Masih
di tempat yang sama, Puteri Mandalika terus menebar aroma keindahan. Pesona budaya
yang sarat makna, pantai dengan sajian pasir putih yang berkapasitas snorkling, diving, sampai keindahan
rajutan kain songket adalah keniscayaan yang mengagumkan. Tidak heran nama sang
Puteri kini dijadikan nama tempat potensial yang telah lama dilirik pemerintah,
yaitu kawasan Mandalika. Sejak 25 tahun yang lalu, beriringan dengan berdirinya
Bandara Internasional Lombok, kawasan yang terletak di pantai Seger Kuta Lombok
Tengah seluas 1.035,67 hektar are tersebut akan segera dipoles menjadi
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Berembe kabar, batur? Mudahan sehat.
Wiwiwiwiwiw, baru nongol lagi ye.
sorry. Sibuk, iya sibuk kerja (kerjain orang). Haaa
__
Terlahir dari keluarga golongan Jajar karang (golongan terendah masyarakat Sasak dilihat dari sistem sosial), yaitu petani rasanya rame boi. Sejak kecil sampai saat ini berdiam diri di lingkungan keluarga Ayah mau tidak mau membawa dampak besar dalam tumbuh kembang saya. Saya tidak tahu, keluarga saya sudah pantas disebut sebagai petani professional atau tidak. Kalau dihitung dari segi jumlah, semua, iya semua anggota kaluarga adalah petani. Belum lagi bidang bercocok tanam yang dikuasai, rata-rata semuanya punya kemampuan sama, menanam padi, tembakau, dan kacang-kacangan lah pokoknya. Tetapi, disebut petani amatiran juga bisa jadi, hasil pertaniannya itu-itu saja, tidak pernah meningkat ataupun ada inovasi baru, selalu bergantung pada musim=pengangguran tak kentara. Ini dilema. Serius.